Mantan Presiden Donald Trump Membuat Satu Aplikasi Baru Sosial Media "TRUTH"

Washington DC - Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump akan meluncurkan aplikasi media sosial sendiri, TRUTH Social, yang dia sebut akan menghadapi perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Twitter dan Facebook yang melarangnya dari platform mereka.

Reality Social akan dibentuk melalui sebuah perusahaan baru yang dibentuk oleh perusahaan merger Trump Media and Technology Grup (TMTG) dan perusahaan akuisis khusus (SPAC), menurut rilis yang didistribusikan kedua perusahaan tersebut.

"Kita hidup di dunia di mana Taliban memiliki kehadiran yang besar di Twitter, tapi Presiden Amerika favorit kalian telah dibungkam. Ini tidak dapat diterima," jelas Trump dalam sebuah pernyataan tertulis yang dimasukkan dalam rilis tersebut.

"Saya gembira meluncurkan TRUTH atau reality Social pertama saya secepatnya. TMTG didirikan dengan sebuah misi untuk memberikan suara bagi semua. Saya senang segera mulai membagikan pikiran-pikiran saya di TRUTH Social dan melawan balik Huge Tech (perusahaan teknologi raksasa)," jelasnya, dikutip dari Al Arabiya, Kamis (21/10).

Jejaring sosial, yang akan diluncurkan beta bulan depan dan diluncurkan penuh pada kuartal pertama 2022, adalah yang pertama dari tiga tahap dalam rencana perusahaan, disusul layanan video clip berlangganan yang disebut TMTG+ yang akan menampilkan hiburan, berita dan podcast, menurut rilis tersebut.

Dalam slide deck di situs webnya, perusahaan membayangkan pada akhirnya bersaing dengan layanan cloud AWS Amazon.com dan Google Cloud.

Seorang perwakilan Trump yang menolak disebutkan namanya mengonfirmasi isi rilis TMTG ke Reuters. Juru bicara Trump, Liz Harrington juga menyampaikan hal yang sama di Twitter.

"Sejak lama, Big Technology telah membungkam suara-suara konservatif," ujar putra Trump, Donald Trump Jr dalam wawancara dengan Fox Information.

"Malam ini ayah saya menandatangani persetujuan merger definitif untuk membentuk Trump Media and Technology Group dan reality Social - sebuah platform bagi siapapun yang ingin mengungkapkan perasaan mereka," lanjutnya.

Twitter, Facebook, dan platform media sosial lainnya melarang Trump dari layanan mereka setelah ratusan pendukungnya menyerbu dan membuat kekacauan di gedung Capitol AS pada 6 Januari lalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tindakan Polda Sumut Soal Laporan Pelatih Biliar yang di Jewer Edy Rahmayadi

Jenderal TNI Andika Akan Melibatkan Korpaskhas TNI UA di Berbagai Tugas

Para Pengamat Burung Berhasil Mendapatkan Foto Burung Hantu Raksasa yang Sudah Hilang Selama 150 Tahun